Pembangunan Gedung Layanan Perpustakaan Umum di Desa Sindangsari Diduga Tidak Sesuai SOP dan Gunakan Bahan Bakar Solar Subsidi Untuk Mesin Bor pile

Serang,Rajwaliekspres.com.-Pembangunan gedung layanan perpustakaan umum yang berlokasi diKp.Baruan Desa Sindangsari,Kecamatan Pabuaran,Kabupaten Serang,Provinsi Banten diduga tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan menggunakan bahan bakar Solar subsidi

Penyalahgunaan BBM bersubsidi dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004.
Penggunaan biosolar pada proyek gedung pada dasarnya diperbolehkan, namun perlu diperhatikan jenis biosolar yang digunakan (subsidi atau nonsubsidi) dan ketentuan yang berlaku terkait penggunaan bahan bakar bersubsidi. Jika menggunakan solar subsidi, pastikan proyek tersebut memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Sebaiknya, untuk proyek gedung, terutama untuk operasional alat berat, solar industri (nonsubsidi) menjadi pilihan yang lebih umum dan praktis karena tidak terikat batasan kuota.

Saat awak media Rajawaliekspres.com tinjau lokasi pembangunan gedung layanan perpustakaan umum yang berlokasi diKp.Baruan ,Desa Sindangsari ada kejanggalan dilokasi pembangunan tersebut ,kejanggalan seperti berikut
*Menggunakan solar subsidi (bio solar)
*Pekerja mengabaikan K3 tanpa menggunakan alat pelindung diri(APD)
*Menggunakan bahan material semen merk semen serang yang diduga tidak sesuai RAB
*Pekerjaan yang dilakukan tergesa -gesa dan minimnya pengawasan dari pihak pelaksana kontraktor dan consultan pengawas

Awak media konfirmasi salah satu pekerja yang enggan sebutkan namanya mengatakan,Untuk pelaksana saya tidak tahu kang,kita pekerja dibayar harian kang Rp.120 Ribu,untuk semen kita gunakan semen seranga,lebih jelasnya coba akang tanya langsung sama Pak Hedy,”Ucap Pekerja.

Saat awak media mencoba konfirmasi Amir selaku konsultan pengawas mengatakan,Terkait APD saya sudah menegur kepekerja tapi saya tidak kewenangan saya,padahal APD juga ada,untuk kedalaman bor pile ( mesin bor tiang pancang )itu ada 3 dan 4 meter ketemu tanah keras,terkait bahan bakar untuk mesin bor pile kita gunakan solar nonsubsidi,Kalau pekerjaan diproyek tidak ada kita gunakan solar subsidi kang,”Dalihnya.

Saat awak media pertegas pertanyaannya,”Benar kan pakai solar non subsidi,Amir menjawab ,Saya tidak tahu kang ,itu ranahnya pihak kontraktor,”Imbuhnya.

Dilokasi yang sama awak media mencoba konfirmasi Hedi selaku pelaksana dilapangan mengatakan,Terkedalaman kedalaman borfil 9 meter yang diujung TPT kalau yang lain 3 meteran kang,untuk APD sudah diingatkan tapi masih bandel kang,”Ucapnya.

Untuk bahan bakar minyak ( BBM )untuk mesin bor pile kita gunakan solar kang,itu juga kebutuhannya sekompan dua kompan kang,tidak usah mendetail pertanyaannya kang,”lmbuh.

Awak media menyambangi kediaman Febrian selaku Pemerhati Pembangunan di Pabuaran, ia mengatakan,” Hasil temuannya pada hari Minggu,09 agustus 2025,ia meminta Sempel BBM yang dipakai oleh penyedia jasa (kontraktor) untuk diuji lab,saat uji lab ,ia meyakini bahwa pembangunan perpustakaan tersebut memakai BBM subsidi bentuk bio solar bukan nonsubsidi yang dipakai proyek ,,saat mengecek kadar berat jenis 80,35 gram ,kalau kadar berat jenis 80,35 gram bisa dikategorikan BBM bentuk Bio solar untuk subsidi,”Ucapnya.

Kalau mereka memakai BBM industri kadar berat jenis solar tersebut 80,40 gram,80,45 gram,dan 80,50 gram,berarti pembangunan perpustakaan tersebut memakai BBM bersubsidi untuk mesin bor pile tersebut.

Red/tim

Tinggalkan Balasan